Minggu, 30 November 2025

TUGAS MANDIRI 7A

Pendahuluan

Dalam dunia digital yang penuh dengan informasi, mahasiswa diharuskan untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menilai, dan menggunakan informasi ilmiah dengan cara yang benar dan etis. Tanpa keterampilan literasi ilmiah yang memadai, mahasiswa berisiko terjebak pada sumber yang tidak dapat dipercaya atau terlibat dalam plagiarisme. Bab ini menawarkan wawasan mendalam tentang arti informasi ilmiah, metode pencarian yang efektif, cara menilai keandalan sumber, serta tata cara penulisan kutipan dan daftar pustaka sesuai dengan standar akademik.


Isi

Informasi ilmiah merupakan data yang diperoleh melalui proses penelitian yang terencana, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ciri-cirinya meliputi adanya data yang sahih, metode yang transparan, serta publikasi dalam bentuk jurnal, prosiding, buku referensi, skripsi, atau laporan penelitian. Mahasiswa perlu mengetahui jenis-jenis sumber ini agar dapat memilih referensi yang sesuai untuk memperkuat argumen mereka.


Pencarian informasi dilakukan dengan cara memilih kata kunci yang relevan, mengenali istilah sinonim, dan menggunakan database yang terpercaya seperti Google Scholar, DOAJ, SINTA, dan GARUDA. Teknik-teknik seperti penggunaan operator Boolean, penerapan filter pencarian, serta bantuan aplikasi manajemen referensi seperti Zotero dan Mendeley dapat membuat pencarian lebih terarah dan efisien.


Menilai informasi adalah langkah penting untuk memastikan sumber yang kredibel. Kriteria seperti keakuratan, kredibilitas penulis, objektivitas, cakupan, dan kebaruan harus diperhatikan. Mahasiswa juga perlu waspada terhadap jurnal yang tidak dapat dipercaya dan praktik berita palsu dalam dunia akademik dengan cara melakukan cross-referencing dan triangulasi sumber. Etika akademik, termasuk kejujuran dan penghormatan terhadap hak cipta, menjadi aspek penting dalam penilaian ini.


Dalam penulisan akademik, kutipan harus diatur dengan baik melalui kutipan langsung atau parafrase, dan harus sesuai dengan format sitasi yang digunakan, seperti APA, MLA, atau Chicago. Konsistensi dalam format penulisan sangat penting untuk menjaga integritas akademik. Selain itu, penggunaan sumber yang tidak konvensional seperti media daring atau wawancara juga perlu mengikuti aturan yang benar agar tetap dianggap valid secara ilmiah.


Penutup

Kemampuan untuk mencari, menilai, dan mengutip informasi ilmiah adalah dasar yang tidak terpisahkan dari proses penulisan akademik. Dengan menerapkan metode yang tepat dan menjunjung tinggi etika akademik, mahasiswa dapat menghasilkan karya ilmiah yang kredibel, jujur, dan berkualitas. Penguasaan keterampilan ini tidak hanya meningkatkan kualitas tulisan, tetapi juga membentuk karakter akademik yang dapat memberikan kontribusi positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

TUGAS MANDIRI 6B

 A.

1. Sumber referensi menjadi dasar bagi ide-ide ilmiah, sehingga mutu tulisan sangat tergantung pada kualitas referensinya.

2. Ada tiga tipe sumber utama dalam dunia akademis: primer (data asli), sekunder (penafsiran), dan tersier (alat untuk mencari informasi).

3. Skimming, scanning, dan previewing adalah teknik dasar dalam membaca akademik untuk memahami struktur dan memperoleh informasi dengan cepat.

4. Membaca secara kritis sangat penting untuk mengevaluasi logika, bukti, keakuratan, dan kemungkinan adanya bias dalam sebuah tulisan.

5. Anotasi dan pencatatan berguna untuk menangkap ide-ide utama dan membantu pengorganisasian informasi.

6. Analisis isi melibatkan identifikasi gagasan utama, argumen yang menyokongnya, serta penilaian relevansi dan kevalidan data.

7. Memahami struktur IMRAD (Pendahuluan, Metode, Hasil, Diskusi) memudahkan dalam menganalisis jurnal ilmiah.

8. Pengorganisasian informasi bisa dilakukan dengan cara parafrase, ringkasan, kutipan, peta pikiran, atau penggunaan perangkat lunak referensi.

9. Integrasi sumber ke dalam karya tulis ilmiah harus dilakukan dengan cara yang etis melalui kutipan langsung, tidak langsung, dan format sitasi yang benar.

10. Kemampuan membaca dan menganalisis sumber referensi meningkatkan kredibilitas ilmiah, memperkuat argumen, serta mendukung integritas akademik.


B.

1. Mengapa penting membedakan sumber primer, sekunder, dan tersier?

Karena tiap jenis memiliki fungsi berbeda: primer memberi data asli, sekunder memberi interpretasi, dan tersier membantu penelusuran. Memahaminya membuat penelitian lebih akurat dan relevan.

2. Apa perbedaan membaca akademik dengan membaca umum?

Membaca akademik bersifat kritis, analitis, dan berfokus pada bukti, sementara membaca umum lebih santai dan bertujuan memperoleh hiburan atau informasi ringan.

3. Bagaimana cara menilai kredibilitas sebuah sumber pustaka?

Dilihat dari reputasi penulis, institusi penerbit, tahun terbit, kualitas data, metode penelitian, dan apakah telah melalui proses review.

4. Apa saja kesalahan umum dalam mengutip sumber?

Parafrase terlalu mirip dengan teks asli, tidak mencantumkan sumber, menggunakan kutipan di luar konteks, dan memakai format sitasi yang salah.

5. Bagaimana menjaga keaslian argumen saat mengutip banyak referensi?

Dengan tetap memusatkan analisis pada sudut pandang sendiri: menyatukan data dari berbagai sumber, memberikan interpretasi pribadi, dan tidak hanya menyalin pernyataan penulis lain.


C.

1. Sejauh mana Anda mampu membedakan sumber kredibel dan tidak kredibel?

Saya cukup mampu mengidentifikasinya melalui reputasi penulis, instansi, kualitas data, dan kejelasan metode, meskipun masih perlu latihan untuk lebih konsisten.

2. Strategi apa yang Anda gunakan saat kesulitan memahami teks akademik?

Saya menggunakan strategi membaca ulang, mencari arti istilah, melihat struktur IMRAD, serta meninjau ringkasan atau abstrak terlebih dahulu.

3. Bagaimana pencatatan informasi membantu struktur tulisan Anda?

Pencatatan membuat ide lebih terorganisasi, membantu melihat hubungan antarargumen, serta mempermudah penyusunan paragraf yang runtut dan fokus.

4. Apa tantangan Anda dalam parafrase dan sintesis informasi?

Tantangan utamanya adalah menjaga makna tetap sama tanpa menyalin, serta menggabungkan beberapa sumber menjadi narasi yang koheren.

5. Bagaimana Anda akan mengubah kebiasaan belajar setelah mempelajari modul ini?

Saya akan memperbanyak latihan membaca kritis, menggunakan aplikasi referensi, mencatat gagasan pokok dengan lebih terstruktur, dan lebih berhati-hati dalam mengutip.

TUGAS MANDIRI 6A

Pendahuluan

Dalam ranah akademis, referensi memiliki peranan yang signifikan sebagai fondasi dalam mengembangkan ide serta argumen ilmiah. Setiap tulisan yang berkualitas bergantung pada keterampilan penulis dalam membaca, memahami, dan menganalisis sumber dengan cara yang kritis. Di era di mana informasi digital melimpah, kemampuan untuk memilih referensi yang tepat dan relevan menjadi kian penting agar mahasiswa tidak hanya mengumpulkan informasi, tetapi juga dapat memprosesnya dengan cara yang bertanggung jawab dan berbasis ilmu pengetahuan.


Isi

Referensi dibedakan menjadi tiga kategori utama, yaitu sumber primer seperti jurnal riset dan skripsi yang menyajikan informasi asli; sumber sekunder seperti buku teks yang menawarkan analisis atau interpretasi; dan sumber tersier seperti katalog serta bibliografi yang berfungsi sebagai alat untuk pencarian. Memahami jenis-jenis sumber ini memfasilitasi penulis dalam memilih referensi yang paling efektif untuk mendukung argumennya.


Dalam kegiatan membaca untuk keperluan akademik, terdapat beberapa strategi yang bisa diterapkan, seperti skimming untuk mendapatkan gambaran umum, scanning untuk mencari informasi spesifik, serta previewing untuk mengamati struktur tulisan sebelum melakukan pembacaan yang lebih mendalam. Proses membaca dengan cara kritis juga sangat penting untuk menilai logika, kekuatan bukti, serta potensi bias yang muncul, sementara teknik anotasi membantu penulis dalam mencatat ide-ide penting.


Analisis konten melibatkan kemampuan untuk menemukan gagasan utama, mengidentifikasi argumen pendukung, menilai kevalidan data, dan membandingkan berbagai sumber dengan objektif. Pemahaman terhadap struktur umum tulisan ilmiah seperti IMRAD (Pendahuluan, Metode, Hasil, dan Diskusi) memudahkan pembaca untuk memahami alur penelitian dengan lebih sistematis. Setelah itu, informasi diatur melalui parafrase, ringkasan, kutipan langsung, atau menggunakan alat seperti peta konsep dan aplikasi manajemen referensi.


Dalam penulisan karya ilmiah, pengintegrasian referensi dilakukan melalui penggunaan kutipan baik secara langsung maupun tidak langsung, penyesuaian gaya penulisan, serta penerapan format sitasi seperti APA atau MLA. Etika akademik harus selalu dijunjung tinggi untuk mencegah plagiarisme dan memelihara integritas tulisan.


Penutup

Kemampuan untuk membaca dan menganalisis referensi bukan hanya sekadar keterampilan teknis, melainkan juga kemampuan intelektual yang memengaruhi mutu karya ilmiah. Dengan memahami tipe referensi, menerapkan strategi membaca yang sesuai, serta mengintegrasikan rujukan secara etis, mahasiswa dapat menghasilkan tulisan yang lebih kredibel, rasional, dan argumentatif. Konsistensi dalam melatih keterampilan ini akan membantu penulis berkembang menjadi individu akademik yang kritis, jujur, dan mampu memberikan kontribusi secara ilmiah dalam lingkungan pendidikan maupun profesional.

TUGAS MANDIRI 5B

 B.

1. Apa perbedaan mendasar antara paragraf dalam tulisan populer dan paragraf dalam teks ilmiah?

Paragraf dalam tulisan populer cenderung bebas, komunikatif, dan bertujuan menghibur atau mempengaruhi emosi pembaca, sedangkan paragraf dalam teks ilmiah bersifat sistematis, berbasis data, menggunakan bahasa baku, dan berfokus pada penyampaian informasi secara objektif serta logis.

2. Mengapa struktur paragraf yang logis menjadi penentu keberhasilan dalam menyampaikan ide ilmiah?

Karena ide ilmiah harus dapat dipahami, diverifikasi, dan dievaluasi. Struktur paragraf yang logis memastikan alur argumen koheren, hubungan antarinformasi jelas, serta memudahkan pembaca mengikuti langkah berpikir penulis.

3. Bagaimana cara membedakan paragraf deskriptif dan paragraf argumentatif dalam teks akademik?

Paragraf deskriptif: menggambarkan objek, fenomena, atau konsep; isinya informatif tanpa mencoba meyakinkan pembaca.

Paragraf argumentatif: bertujuan membuktikan suatu klaim; berisi pendapat yang didukung data, analisis, alasan, dan kesimpulan.

4. Apakah sebuah pendapat dapat dikategorikan sebagai argumentasi ilmiah tanpa dukungan data? Mengapa?

Tidak. Argumentasi ilmiah harus didasarkan pada bukti, bukan sekadar opini. Tanpa data, argumen tidak dapat diuji, tidak memiliki dasar objektif, dan tidak memenuhi standar ilmiah.

5. Bagaimana strategi penyusunan paragraf dapat memengaruhi kredibilitas akademik seorang penulis?

Paragraf yang runtut, berbasis data, dan konsisten menunjukkan kemampuan analitis penulis. Sebaliknya, paragraf yang tidak jelas atau tidak terstruktur dapat menurunkan kepercayaan pembaca terhadap kemampuan akademik penulis.


C.

1. Sejauh mana saya telah menerapkan struktur paragraf yang efektif dalam tulisan ilmiah saya?

Saya merasa telah menggunakan struktur paragraf yang cukup baik. Beberapa paragraf memiliki kalimat utama yang jelas dan penjelasan yang teratur, meskipun masih ada bagian yang dapat ditingkatkan agar lebih logis dan terhubung.

2. Apakah argumentasi yang saya bangun dalam tulisan selama ini sudah logis, berbasis data, dan meyakinkan?

Terkadang tidak. Ada beberapa karya yang sudah didukung oleh data, namun masih ada elemen tertentu yang kurang kuat buktinya atau belum teratur secara logis, yang mengakibatkan argumennya kurang meyakinkan.

3. Apa kesulitan utama saya dalam menyusun paragraf argumentatif, dan bagaimana saya bisa mengatasinya?

Kendala utama saya adalah menemukan data pendukung dan menyusun kata-kata agar argumen tersampaikan dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, saya dapat lebih banyak membaca jurnal atau sumber ilmiah yang relevan, mencatat poin-poin penting sebelum mulai menulis, dan menerapkan pola klaim–alasan–bukti agar struktur argumen menjadi lebih jelas.

4. Bagaimana saya memastikan setiap paragraf dalam tulisan saya mendukung secara utuh terhadap tesis utama?

Dengan secara konsisten memastikan bahwa kalimat utama sesuai dengan tesis, menghindari data yang tidak berkaitan, dan memastikan setiap paragraf berkontribusi pada penguatan argumen inti.

5. Apa manfaat jangka panjang dari kemampuan menyusun paragraf dan argumentasi ilmiah dalam dunia akademik dan profesional saya?

Keahlian ini meningkatkan mutu berpikir, menjadikan tulisan lebih dipercaya, memudahkan dalam menyusun dokumen atau studi, serta memperkuat kemampuan komunikasi di dunia profesional.

TUGAS MANDIRI 5A

Pendahuluan

Paragraf dan argumen ilmiah adalah unsur penting dalam penulisan akademis yang bermutu. Paragraf bukan sekadar kumpulan kalimat, melainkan satuan pemikiran yang disusun secara logis untuk menyalurkan ide secara jelas dan teratur. Di sisi lain, argumentasi ilmiah berfungsi untuk memperkuat ide melalui penyajian bukti, data, dan pemikiran kritis. Menguasai kedua unsur ini tidak hanya meningkatkan kualitas tulisan, tetapi juga mencerminkan kedalaman pemahaman, kematangan dalam berpikir, serta integritas akademik penulis.


Isi

Dalam penulisan akademis, paragraf berperan sebagai medium utama untuk mengembangkan ide. Setiap paragraf sebaiknya memiliki satu gagasan utama yang dijelaskan melalui kalimat pendukung dan diperkuat dengan kalimat penutup atau transisi. Paragraf yang efektif ditandai dengan kesatuan ide, alur logis antar kalimat, serta informasi yang mendukung gagasan utama. Penempatan kalimat utama bisa bersifat deduktif, induktif, atau kombinasi keduanya sesuai dengan kebutuhan argumen.


Terdapat berbagai jenis paragraf yang digunakan dalam tulisan ilmiah, yaitu naratif, deskriptif, ekspositif, dan argumentatif. Di antara jenis-jenis itu, paragraf argumentatif menjadi yang paling penting karena mengandung klaim yang didukung alasan dan bukti. Argumentasi ilmiah harus memanfaatkan sumber-sumber yang terpercaya seperti jurnal, buku ilmiah, laporan riset, atau publikasi dari lembaga resmi. Metode deduktif dan induktif dapat diterapkan, bahkan bisa digabungkan, untuk menciptakan alur pemikiran yang lebih kuat.


Menyusun paragraf argumentatif yang baik membutuhkan strategi tertentu, seperti merumuskan gagasan utama yang relevan, memilih bukti yang sesuai, dan menggunakan kata transisi untuk menjaga koherensi. Bahasa yang digunakan sebaiknya formal, objektif, dan tidak emosional. Proses revisi serta menerima umpan balik dari pembaca atau pengajar juga sangat penting dalam memperbaiki kekuatan dan kejelasan argumen. Dengan latihan yang berkelanjutan, penulis dapat merangkum paragraf yang tidak hanya informatif, tetapi juga meyakinkan.


Penutup

Pada akhirnya, paragraf yang tersusun dengan baik dan argumentasi ilmiah yang kokoh menjadi dasar bagi tulisan akademik yang kredibel dan mudah dimengerti. Struktur yang teratur membantu pembaca mengikuti alur pemikiran, sedangkan bukti yang relevan mendukung posisi penulis secara akademis. Penguasaan teknik ini memberikan keuntungan jangka panjang dalam dunia pendidikan maupun di lingkungan profesional, karena kemampuan untuk berpikir dan menulis secara logis adalah keterampilan yang selalu diperlukan. Jika dikembangkan secara bertahap, kemampuan ini akan menghasilkan kualitas penulisan yang reflektif, terarah, dan memiliki nilai akademik yang tinggi.

Kamis, 09 Oktober 2025

A20_Nailah Amalia_Tugas Terstruktur 3

Eksplorasi Teks Akademik: Kajian Nilai, Bahasa, dan Penalaran



A. Pendahuluan

Latar Belakang

Tulisan akademik, seperti artikel ilmiah, adalah alat utama untuk menyebarkan pengetahuan dari hasil penelitian. Penting untuk memahami format, karakteristik bahasa, nilai ilmiah, dan nilai kebangsaan yang ada di dalamnya sebagai keterampilan yang krusial. Laporan ini bertujuan untuk melihat tiga artikel arsitektur yang membahas berbagai topik yang saling berkaitan, yaitu arsitektur vernakular, tradisional, dan nusantara, serta perubahan yang terjadi dalam konteks modern.

Tujuan

  • Mengetahui format dan ciri khas tulisan akademik dari ketiga artikel.
  • Menganalisis bahasa akademik yang dipakai, termasuk pilihan kata, kejelasan, dan objektivitas.
  • Meneliti nilai-nilai ilmiah dalam isi tulisan, mencakup dukungan teori dan data yang jelas.
  • Mengidentifikasi nilai kebangsaan yang terlihat dalam ketiga artikel.

B. Metodologi

Pencarian dan analisis dilakukan dengan membaca secara kritis ketiga artikel. Metode yang digunakan adalah analisis konten kualitatif, dengan langkah-langkah berikut:

  • Identifikasi Struktur: Memperiksa kerangka penulisan standar artikel (Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil & Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka).
  • Analisis Kebahasaan: Menilai pemilihan kata, tingkat formalitas, kejelasan argumen, dan objektivitas dalam penyampaian.
  • Evaluasi Nilai Ilmiah: Mencari tahu penggunaan teori, kerangka konseptual, metode riset, serta adanya data primer dan sekunder untuk mendukung argumen.
  • Identifikasi Nilai Kebangsaan: Memperhatikan isi yang mencerminkan semangat nasionalisme, penghargaan terhadap budaya lokal, dan etika akademik.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Struktur dan Ciri Khas Teks Akademik

Ketiga artikel sudah sesuai dengan struktur standar tulisan akademik, tetapi memiliki penekanan yang berbeda.

  • Artikel 1 (Adaptasi Arsitektur Vernakular): Struktur sangat komprehensif dan teratur. Memiliki bagian Landasan Teori yang mendetail, deskripsi metodologi kualitatif yang jelas (lokasi, sampel, teknik pengumpulan data), serta penyajian hasil yang lengkap dengan tabel dan gambar. Ini mencerminkan penelitian empiris yang kuat.
  • Artikel 2 (Arsitektur Nusantara): Struktur lebih esai dan argumentatif. Meskipun terdapat bagian Pendahuluan, Metode, Hasil & Pembahasan, dan Kesimpulan, fokusnya adalah pada analisis kritis terhadap topik yang ada. Ciri khasnya adalah pendekatan filosofis-teoritis yang digunakan untuk mengurai istilah yang sudah ada dan memberikan sudut pandang baru.
  • Artikel 3 (Transformasi Arsitektur): Struktur sudah sesuai standar, namun bagian metodologi dan hasil pembahasan terasa kurang mendalam dibandingkan dua artikel lainnya. Pembahasan cenderung deskriptif dan memberikan contoh-contoh umum tanpa analisis data yang mendalam pada kasusnya.

2. Analisis Bahasa Akademik

  • Kosakata: Ketiga artikel menggunakan kosakata teknis dan khusus dalam bidang arsitektur (misalnya, "arsitektur vernakular", "tipologi", "timpak laja", "tektonika", "akulturasi"). Artikel 2 menonjol karena penggunaan istilah filosofis dan epistemologis yang tinggi (misalnya, "ranah pengetahuan", "dekonstruksi", "figurasi").
  • Kejelasan: Artikel 1 dan 2 memiliki argumen yang jelas. Artikel 1 karena susunan yang baik, sedangkan Artikel 2 karena logika argumennya yang teratur. Artikel 3 kadang kurang jelas dalam menghubungkan contoh dengan argumen utama, dan terdapat beberapa kesalahan ketik (misalnya, "Masyarakatarkat").
  • Objektivitas: Artikel 1 sangat objektif dengan menyajikan data observasi dan wawancara. Artikel 2 bersifat argumentatif dan kritis, tetapi tetap objektif dengan merujuk pada sumber teori untuk mendukung klaimnya. Artikel 3 lebih umum dan kurang didukung oleh data spesifik untuk setiap pernyataannya.

3. Penilaian Nilai Akademis

Dukungan Teori:
  • Jurnal 1: Sangat kuat, mengandalkan teori adaptasi (Soekanto & Sulistyowati, Rapoport), penyebaran budaya (Koentjaraningrat), dan arsitektur lokal (Rudofsky, Oliver, Mentayani).
  • Jurnal 2: Sangat kuat dan kritis, menyusun argumen dengan referensi dari Pevsner, Rapoport, Rudofsky, Oliver, dan Sumintardja untuk kemudian menawarkan pandangan "Arsitektur Nusantara".
  • Jurnal 3: Menggunakan teori, tetapi penerapannya lebih sederhana dan tidak sedalam dua jurnal lainnya. Merujuk pada Habraken dan Antoniades, tetapi tidak menganalisis atau mengembangkan teori tersebut secara signifikan.
Dukungan Data:
  • Jurnal 1: Memiliki banyak data empiris primer (observasi 10 rumah, wawancara, pemetaan, foto, sketsa) yang dianalisis secara sistematis.
  • Jurnal 2: Berdasarkan literatur dan analisis kritis terhadap sumber dan kerangka epistemologi. Data yang digunakan adalah teks-teks penting dalam diskusi arsitektur.
  • Jurnal 3: Lebih mengandalkan data sekunder dan contoh studi kasus yang disajikan secara umum tanpa analisis data primer yang mendalam.
4. Penilaian Nilai-Nilai Kebangsaan

Semangat Nasionalisme dan Lokalitas:
  • Jurnal 1: Menunjukkan penghargaan mendalam terhadap kebijaksanaan lokal suku Bugis dan kemampuan mereka untuk bertahan serta beradaptasi di perantauan. Ini mencerminkan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
  • Jurnal 2: Memiliki semangat nasionalisme yang kuat. Penolakan terhadap istilah yang dianggap berasal dari "luar" (tradisional/vernakular) dan pengusungan "Arsitektur Nusantara" adalah cara untuk mengklaim kedaulatan pengetahuan arsitektur Indonesia dan menempatkannya sejajar dengan arsitektur Eropa.
  • Jurnal 3: Menyatakan pentingnya menjaga identitas budaya lokal (Jawa, Betawi, Melayu) dalam pembangunan kota modern di Indonesia, yang merupakan bentuk nasionalisme budaya.
Etika Akademik: Ketiga jurnal menunjukkan etika akademik dengan mencantumkan Daftar Pustaka. Jurnal 1 dan 2 sangat teliti dalam sitasi, sedangkan Jurnal 3 memiliki beberapa referensi yang kurang tepat (misalnya "et al.", "Pangandaheng, F., et al.").

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

Berdasarkan penilaian, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
  • Struktur dan Karakteristik: Ketiga jurnal mengikuti struktur akademis, dengan Jurnal 1 sebagai contoh terbaik penelitian empiris, Jurnal 2 sebagai contoh kuat artikel teoritis-kritis, dan Jurnal 3 sebagai artikel deskriptif-pengantar.
  • Bahasa Akademis: Bahasa yang digunakan memenuhi standar akademik. Jurnal 1 dan 2 unggul dalam kejelasan dan kedalaman, sedangkan Jurnal 3 masih bisa diperbaiki dalam konsistensi dan kedalaman argumen.
  • Nilai Akademis: Jurnal 1 dan 2 memiliki nilai akademis yang sangat tinggi dengan dukungan teori dan data yang kuat. Jurnal 3 memiliki nilai akademis yang cukup untuk tingkat pengantar, tetapi kurang kuat untuk analisis yang mendalam.
  • Nilai Kebangsaan: Semua jurnal mencerminkan nilai kebangsaan yang kuat melalui penghargaan terhadap arsitektur lokal dan upaya menjaga identitas budaya Indonesia di tengah modernisasi. Jurnal 2 menonjol dengan semangat dekolonisasi pengetahuan yang sangat kuat.
Rekomendasi
  • Untuk Pembaca/Peneliti Pemula: Jurnal 3 dapat menjadi pengantar yang baik untuk memahami topik transformasi arsitektur. Jurnal 1 adalah contoh yang ideal untuk mempelajari metodologi penelitian lapangan. Jurnal 2 cocok bagi mereka yang ingin mendalami diskusi kritis dan filosofis dalam arsitektur Indonesia.
  • Untuk Peneliti Lanjutan: Ide dalam Jurnal 2 bisa diteliti lebih lanjut dalam penelitian empiris untuk membuktikan atau mengkritisi klaim-klaim teoretisnya. Metode yang ada di Jurnal 1 dapat diulang untuk menyelidiki adaptasi komunitas lainnya di Indonesia.

Link Jurnal :
  • Jurnal 1 : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/1021 (Adaptasi arsitektur vernakular kampung nelayan bugis di kamal muara).
  • Jurnal 2 :  https://www.iplbijournals.id/index.php/jlbi/article/view/172 (Arsitektur Nusantara bukan Arsitektur Tradisional maupun Arsitektur Vernakular).
  • Jurnal 3 : https://journal.asdkvi.or.id/index.php/Realisasi/article/view/454 (Transformasi Arsitektur Tradisional ke Arsitektur Modern di Lingkungan Perkotaan).

TUGAS MANDIRI 4B

10 Soal Isian

1. Kaidah bahasa dalam penulisan akademik mencakup tata bahasa, ejaan, diksi, dan struktur kalimat.


2. Kalimat efektif harus memiliki lima ciri utama, yaitu kehematan, kepaduan, kejelasan, kesatuan, dan ketepatan.


3. Struktur dasar kalimat Bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks akademik dikenal dengan istilah Subjek-Predikat (SP) atau Subjek-Predikat-Objek (SPO).


4. Contoh kata serapan dari bahasa Inggris yang telah disesuaikan secara fonologis adalah sistem (dari system), objek (dari object), atau teknologi (dari technology).


5. Dalam teks akademik, penggunaan kata ganti seperti “saya” sebaiknya dihindari dan diganti dengan kata penulis.


6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kelima dikenal dengan singkatan EYD V.


7. Huruf miring dalam penulisan akademik digunakan untuk menuliskan nama diri (seperti judul buku, nama spesies) dan istilah asing yang belum diserap.


8. Kesalahan struktur paralel dalam kalimat dapat menyebabkan ketidakjelasan makna dan menurunkan kualitas tulisan.


9. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu revisi bahasa ilmiah adalah aplikasi pemeriksa tata bahasa (Grammarly, LanguageTool) atau kamus digital (KBBI Daring).


10. Menurut modul, revisi bahasa ilmiah merupakan bagian dari proses akademik yang berkelanjutan atau sistematis.


5 Soal Esai

1. Jelaskan mengapa penggunaan kaidah bahasa yang tepat dalam teks akademik dianggap sebagai indikator profesionalisme dan integritas ilmiah seorang penulis.

Jawab: Penggunaan kaidah bahasa yang tepat merupakan indikator profesionalisme dan integritas ilmiah karena:

  • Meningkatkan Kejelasan dan Presisi: Bahasa yang baik dan benar memastikan ide dan hasil penelitian disampaikan secara jelas, objektif, dan tidak multitafsir, sehingga pembaca dapat memahaminya dengan tepat.
  • Mencerminkan Kedisiplinan dan Ketelitian: Seorang penulis yang memperhatikan detail kaidah bahasa menunjukkan sikap disiplin dan teliti, yang merupakan sikap fundamental dalam penelitian. Kesalahan bahasa dapat diinterpretasikan sebagai ketidakcermatan dalam proses penelitian.
  • Menghormati Pembaca dan Komunitas Akademik: Dengan menulis sesuai kaidah, penulis menunjukkan rasa hormat kepada pembaca dan komunitas ilmiah, karena telah menyajikan pengetahuan dalam bentuk yang terstruktur, mudah diakses, dan terpercaya.
  • Menjaga Kredibilitas: Tulisan yang penuh kesalahan ejaan, tata bahasa, dan struktur akan merusak kredibilitas penulis dan substansi ilmiahnya, sekalipun ide yang disampaikan brilian. Bahasa yang baik membangun kepercayaan (trust) pembaca.

2. Uraikan lima ciri kalimat efektif dalam penulisan akademik dan berikan masing-masing satu contoh kalimat yang sesuai.

Jawab:

Lima ciri kalimat efektif beserta contohnya:

Kehematan: Menggunakan kata seperlunya tanpa redundansi.

  • Tidak Efektif: Para peneliti-peneliti melakukan observasi di lapangan.
  • Efektif: Peneliti melakukan observasi di lapangan.

Kepaduan (Koherensi): Memiliki hubungan logis antarunsur kalimat sehingga mudah dipahami.

  • Tidak Efektif: Adaptasi arsitektur dilakukan. Lingkungan sosial berubah. Masyarakatakat setempat.
  • Efektif: Masyarakat melakukan adaptasi arsitektur sebagai respons terhadap perubahan lingkungan sosial.

Kejelasan: Memiliki struktur SPO yang jelas dan tidak menimbulkan ambiguitas.

  • Tidak Efektif: Wawancara dengan informan kunci yang telah direkam dianalisis.
  • Efektif: Peneliti menganalisis rekaman wawancara dengan informan kunci.

Kesatuan (Kohési): Setiap kalimat hanya mengandung satu ide pokok.

  • Tidak Efektif: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan hasilnya menunjukkan adanya adaptasi bentuk rumah, sedangkan pola kampung juga berubah.
  • Efektif: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adaptasi pada bentuk rumah dan pola kampung.

Ketepatan: Menggunakan kata, ejaan, dan struktur yang sesuai dengan kaidah dan konteks ilmiah.

  • Tidak Efektif: Rumah-rumah di kampung itu kebanyakan pake kayu.
  • Efektif: Sebagian besar rumah di kampung tersebut menggunakan material kayu.

3. Bandingkan peran huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan akademik menurut EYD V. Sertakan contoh penggunaannya dalam kalimat.

Jawab:

  • Huruf Kapital digunakan untuk menandai nama diri, jabatan, gelar, dan awal kalimat dalam konteks formal. Fungsinya lebih pada penegasan identitas dan hierarki. Contoh: Penelitian ini dibiayai oleh Kopertis Wilayah III. Prof. Dr. Amir Mahmud menjadi pembimbing utama.
  • Huruf Miring (Italik) digunakan untuk menandai kata sebagai objek bahasan, istilah asing yang belum diserap, dan nama diri (seperti judul buku, nama spesies). Fungsinya lebih pada penegasan istilah teknis dan membedakannya dari teks biasa. Contoh: Konsep architecture without architects diperkenalkan oleh Rudofsky. Istilah timpak laja menunjukkan status sosial. Buku House Form and Culture menjadi rujukan utama.
  • Perbandingan: Huruf kapital menandai "siapa" dan "apa" secara formal, sedangkan huruf miring menandai "istilah khusus" dan "objek kajian" untuk keperluan teknis dan penegasan.

4. Mengapa revisi bahasa ilmiah penting dilakukan sebelum naskah dipublikasikan? Jelaskan langkah-langkah self-editing yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.

Jawab:

Revisi bahasa ilmiah penting karena berfungsi sebagai quality control terakhir untuk memastikan:

  • Ide disampaikan dengan jelas dan tidak ambigu.
  • Kesalahan mekanikal (ejaan, tata bahasa, tanda baca) diperbaiki agar tidak mengganggu kenyamanan membaca dan menurunkan kredibilitas.
  • Gaya penulisan konsisten dan sesuai dengan konteks akademik.

Langkah-langkah Self-Editing:

  • Baca Kembali setelah Jeda Waktu: Beri jeda beberapa jam atau hari setelah menulis untuk mendapatkan perspektif baru.
  • Baca dengan Suara Lantang: Membaca dengan suara membantu mendeteksi kalimat yang janggal, tidak mengalir, atau terlalu panjang.
  • Fokus pada Level Berbeda: Lakukan pemeriksaan secara bertahap. Pertama, periksa struktur dan alur paragraf. Kedua, periksa kejelasan dan keefektifan kalimat. Ketiga, periksa ejaan, diksi, dan tanda baca.
  • Manfaatkan Teknologi: Gunakan aplikasi pemeriksa tata bahasa (seperti Grammarly) dan pastikan semua kata baku merujuk pada KBBI Daring.
  • Minta Umpan Balik: Mintalah teman atau rekan untuk membaca naskah kita. Seringkali orang lain lebih mudah menemukan kesalahan yang kita lewatkan.

5. Dalam konteks penulisan akademik, bagaimana pemilihan diksi dan gaya bahasa dapat memengaruhi persepsi pembaca terhadap kredibilitas tulisan?

Jawab: Pemilihan diksi dan gaya bahasa secara langsung membentuk persepsi pembaca tentang kredibilitas tulisan karena:

  • Diksi yang Tepat dan Objektif membangun kesan profesional dan terpercaya. Penggunaan terminologi ilmiah yang konsisten (seperti "adaptasi", "vernakular", "metode kualitatif deskriptif") menunjukkan penguasaan materi. Sebaliknya, diksi yang terlalu emosional, subjektif, atau kolokial (bahasa gaul) akan dianggap tidak serius dan tidak ilmiah.
  • Gaya Bahasa yang Formal dan Impersonal meningkatkan objektivitas. Penggunaan kata "penulis" atau "peneliti" alih-alih "saya", serta kalimat pasif untuk menekankan proses atau hasil (contoh: "Data dianalisis menggunakan...") menciptakan kesan netral dan berfokus pada ilmu pengetahuan, bukan pada penulisnya.
  • Konsistensi Gaya menunjukkan kedisiplinan. Gaya penulisan yang konsisten dalam seluruh naskah, mulai dari cara menyajikan data hingga merujuk pustaka, memberi kesan bahwa pekerjaan dilakukan dengan sistematis dan hati-hati.

Kesimpulan: Diksi dan gaya bahasa berfungsi sebagai "pakaian" bagi ide-ide ilmiah. "Pakaian" yang rapi, sopan, dan sesuai acara (konteks akademik) akan membuat orang lebih mudah mempercayai dan menghormati pemakainya (isi tulisan).

TUGAS MANDIRI 7A

Pendahuluan Dalam dunia digital yang penuh dengan informasi, mahasiswa diharuskan untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menilai, dan mengg...